banner 728x250

Story Telling, Dr.Bambang,SpA: RSUD Bulukumba Miliki Ruang Perawatan Bayi Terintegrasi dengan Kamar Bersalin 

BULUKUMBA, INFOTANEWS.COM – Dokter Bambang Sp.A, merupakan dokter spesialis anak menceritakan kisah perjalanan karirnya bertugas di RSUD H.Andi Sulthan Daeng Radja, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, sejak 18 tahun.

Selasa 22 Januari 2019, Bupati Bulukumba A.M.Sukri A.Sappewali telah meresmikan IGD Maternal dan ruang Perinatologi terpadu di RSUD H.Andi Sulthan Daeng Radja, Bulukumba.

NICU/Ruang perawatan bayi dan kamar bersalin merupakan bagian dari ruangan turut diresmikan oleh Bupati.

Berikut kisah cerita Dr.Bambang, Sp.A :

Saya sangat bersyukur akhirnya rumah sakit H.A. Sulthan Dg.Radja Bulukumba memiliki Ruang perawatan bayi /NICU yang terintegrasi dengan Kamar bersalin, merupakan bagian dari IGD Maternal dan Perinatologi Terpadu.

Rasa syukur ini membuat saya teringat kisah 18 tahun yang lalu. Kisah itu dimulai dari sini…

 

Setelah lulus dokter spesialis anak, 18 tahun yang lalu, Saya ditempatkan disebuah rumah sakit kabupaten di ujung selatan Provinsi Sulawesi Selatan; Bulukumba. Ini adalah kabupaten dengan jumlah penduduk sekitar 400 ribu jiwa.

Seperti kebanyakan di daerah terpencil di Indonesia, Saya saat itu menjadi satu-satunya dokter anak dengan beberapa dokter umum, dan perawat dengan kemampuan terbatas. Saat itu belum ada ruang perawatan. Walhasil, sulit sekali mengawasi kondisi bayi bayi yang dirawat saat itu.

Suatu ketika Saya melihat ada sebuah ruangan kecil berukuran 1,5 x 3 meter persegi, seperti gudang tetapi pencahayaannya cukup baik. Di dalamnya ada sebuah inkubator rusak plus dua boks bayi.

Ini ruang perawatan bayi. Bersama perawat, saya lalu membersihkan ruangan itu berikut inkubator dan dua boks bayi. Saya menjadikanya ruang untuk merawat bayi baru lahir yang bermasalah.

Sebagai penghangat, kami gunakan lampu belajar. Seorang perawat anak ditempatkan bergantian untuk mengawasi bayi-bayi tersebut. Hari demi hari Saya melatih perawat cara merawat bayi, mulai memandikan, menghangatkan, menghisap lender, hingga menjaga agar bayi tetap stabil.

Seiring waktu, bayi yang dirawat di situ semakin banyak. Kadang-kadang, dua bayi terpaksa dirawat dalam satu boks. Semua sepakat untuk memindahkan ruang perawatan bayi ke ruang lain yang lebih besar. Namun ada masalah baru.

Jumlah boks yang tersedia tidak cukup untuk merawat bayi-bayi yang ada. Ketika Saya menyampaikan hal itu kepada direktur, beliau menginformasikan hal yang tak terduga.

Di gudang rumah sakit ada beberapa boks bayi yang sudah cukup lama tidak digunakan,” kata dr.Rusni Sufran kepada saya.

Seketika itu juga saya beranjak ke gudang rumah sakit yang dimaksud. Ternyata bukan hanya boks bayi yang tersedia melainkan juga alat foto terapi untuk bayi kuning, inkubator transport, dan infant warmer (alat penghagat bayi) bantuan Jepang yang masih berfungsi baik.

Alat-alat berharga itu tidak pernah digunakan karena tidak ada satupun yang tahu cara menggunakannya. Setelah dibersihkan, Saya mengajarkan cara menggunakan alat alat tersebut kepada para perawat.

Lama-kelamaan, para perawat semakin terampil merawat bayi dan makin banyak bayi yang bisa diselamatkan. Beberapa tahun kemudian saya mendapat kesempatan ikut pelatihan perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) di Jakarta.

Pada saat tersebut saya berkesempatan melihat ruang perawatan bayi di RSUP dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Saya belajar dan mendokumentasikan ruang di sana dengan foto, satu-persatu ruangan dan peralatan vang ada, termasuk hingga aspek kebersihanya.

Sesampainya kembali di Bulukumba, ilmu baru itu Saya ajarkan ke para perawat, khususnya tentang cara merawat bayi BBLR. Saya juga mempresentasikan dokumentasi tentang kondisi fisik dan pelayanan di ruang bayi RSUP dr.Cipto Mangunkusumo tersebut pada direktur dan komite medik, serta membandingkannya dengan ruang bayi di rumah sakit kami.

Saat itu direktur sangat terkesan sekaligus prihatin melihat kondisi ruang bayi di RS Bulukumba dan berjanji akan mencari dana untuk membangun ruang perinatologi.

Beberapa bulan kemudian direktur rumah sakit memanggil saya dan menginformasikan adanya dana bantuan gubernur yang bisa digunakan untuk membangun ruang perinatologi dan kamar bersalin. Khusus untuk ruang perinatologi, saya dipersilahkan merancangnya sendiri.

Dengan berpedoman pada foto-foto ruang perinatologi RSUP dr. Cipto Mangunkusumo, Saya merancang ruang perinatologi tersebut bekerja sama dengan para tukang yang mengerjakanya.

Ketika pembangunan selesai, kami melengkapi peralatan dengan tersedianya tujuh inkubator baru dan 12 boks bayi. Akan tetapi problemnya adalah jumlah perawat yang tidak mencukupi untuk bertugas di ruangan tersebut.

Untuk menanggulanginya, Saya mengumpulkan para perawat anak dan bertanya siapa saja yang bersedia menjadi perawat di ruang bayi. Terpilih 10 orang dari total 20 orang perawat anak. Mereka pun bekerja di ruang perinatologi, meskipun masih di bawah pengawasan.

Sebagai kepala ruangan perawatan anak, dipilih perawat senior yang paling terampil. Usai terpilih, selama tiga bulan para perawat tadi Saya latih secara intensif untuk merawat bayi.

Walhasil, kemampuan mereka secara nyata jauh meningkat. Setelah tiga bulan tersebut saya mengusulkan agar ruang Perinatologi mempunyai struktur organisasi tersendiri dan penanggung jawabnya diangkat menjadi kepala ruangan Perinatologi.

Kini Perinatologi di RSUD H.Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba semakin berkembang. Jumlah perawat sudah mencapai 20 orang. Sebagian perawat malah telah dilatih di tingkat provinsi untuk belajar resusitasi, PONEK, korban dari perawatan BBLR. Selain itu, Bulukumba ditetapkan sebagai pusat rujukan region selatan Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga pasien dari kabupaten sekitarnya juga dirawat di situ.

Pada tanun 2017 dimulai pembanguan Ruangan NICU yang merupakan bagian dari IGD terpadu RSUD H.A Sultan Dg.Radja. Yang beberapa hari lagi akan diresmikan oleh Bapak Bupati Bulukumba.

Saya bersyukur bekerja di sebuah rumah sakit daerah dimana semua direktur sejak saya bertugas sampai direktur sekarang dan segenap manajemen Rumah Sakit serta Pemerintah Kabupaten memiliki perhatian dan dukungan penuh dalam meningkatkan kesehatan bayi sekaligus dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan ibu melahirkan.

Tahun 2018 perinatologi RS Bulukumba merawat 1.800 bayi baru lahir bermasalah dan angka kematian bayi terus diupayakan untuk diturunkan. Semoga dengan adanya Nicu yang baru ini semakin banyak bayi yang bisa diselamatkan. (oleh: Dr.Bambang, Sp.A)

Editor : Redaksi

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *